Kearifan Lokal Suku Baduy di Desa Kanekes
Namun, sampai sekarang masih banyak wisatawan yang kurang mengenal Suku Baduy secara mendalam. Sehingga tidak mengetahui aturan atau adat istiadat yang dipegang teguh masyarakat Suku Baduy. Padahal memahami dan menghargai kearifan lokal dari suatu daerah menjadi hal terpenting bagi wisatawan saat mengunjungi berbagai destinasi wisata.
Perbedaan Baduy Luar dan Baduy Dalam
Hal paling utama yang harus Sobat ketahui, Suku Baduy terdiri dari dua suku: Baduy Luar dan Baduy Dalam. Sebab, banyak yang mengira jika Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar adalah dua kelompok yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang terlihat sangat jelas.
Sesuai namanya, Suku Baduy Luar tinggal di daerah luar, atau mengelilingi wilayah Baduy Dalam. Itu mengapa, Suku Baduy Luar cenderung lebih terbuka dan mengenal kebudayaan dari luar. Seperti sekolah, bersosialisasi dengan orang luar, serta lebih terbuka dalam menerima tamu dan wisatawan. Sebaliknya, Suku Baduy Dalam jauh lebih tertutup, dan masih sangat patuh pada aturan yang sudah ditetapkan secara turun-temurun.
Bahkan untuk masuk kawasan tempat bermukimnya Suku Baduy Dalam, Sobat harus berjalan sekitar 12 kilometer dari kawasan Baduy Luar dan melewati perkebunan hingga menyebrangi sungai di balik perbukitan. Kedua kawasan tersebut dipisahkan Sungai Cisimeut dan dihubungkan oleh jembatan yang terbuat dari ikatan akar-akar pepohonan di sekitar sungai, dan tambahan bambu pada bagian bawahnya. Jembatan Akar ini pun seakan menjadi bukti kehebatan Baduy Dalam bersinergi dengan alam.
Tidak hanya sampai di situ, penggunaan teknologi di kawasan Suku Baduy Dalam juga dilarang. Bahkan, Suku Baduy Dalam hanya berkomunikasi dengan bahasa asli mereka. Seperti bahasa Sunda dan membaca huruf aksara Hanacaraka.
Selain itu, Sobat juga bisa melihat perbedaan antara Suku Baduy Luar dan Baduy Dalam dari pakaian yang mereka kenakan sehari-hari. Suku Baduy Dalam diwajibkan menggunakan pakaian adat berwarna putih atau biru, dan tidak boleh berkancing maupun berkerah. Bahkan, Suku Baduy Dalam juga tidak boleh memakai alas kaki. Sedangkan Baduy Luar lebih sering menggunakan pakaian berwarna hitam dengan kain ikat berwarna biru tua pada keseharian mereka.
Pahami dan Patuhi Aturan Wisata di Baduy
Berwisata masuk ke area Suku Baduy di Desa Kanekes memang diperbolehkan. Tapi Sobat perlu memahami jika tidak semua kawasan di Desa Kanekes boleh dimasuki sembarang orang, terutama orang dari luar Baduy. Selain itu, ada juga beberapa peraturan adat Suku Baduy yang wajib dipatuhi oleh wisatawan.
Satu peraturan yang wajib ditaati saat berkunjung ke kawasan Baduy adalah menghindari penggunaan teknologi. Seperti ponsel, radio, speaker, tablet atau laptop, dan berbagai alat teknologi lainnya. Di samping itu, Sobat Parekraf juga dilarang untuk tidak memotret di kawasan dan masyarakat Suku Baduy tanpa izin. Hal ini tentunya berkaitan dengan kepercayaan masyarakat Suku Baduy yang menentang penggunaan teknologi, dan masih sangat menghargai dan menjaga alam.
Itu mengapa, Suku Baduy tidak menggunakan produk-produk berbahan kimia dalam keseharian mereka. Baik itu tidak menggunakan sabun untuk mandi, pasta gigi, maupun detergen karena dianggap merusak lingkungan. Oleh karena itu, Sobat Parekraf juga harus menghargai dan menghormati aturan adat tersebut, dengan tidak membawa dan menggunakan produk berbahan kimia secara sembarangan.
Masih berkaitan dengan kepedulian masyarakat Suku Baduy dengan lingkungan dan alam, Sobat dilarang membuang sampah sembarangan di kawasan ini. Apalagi membuang sampah ke sungai, jadi kalau memiliki sampah plastik, pastikan untuk tetap menyimpannya dan membuang saat sudah keluar dari kawasan Suku Baduy. Tidak kalah penting, kita juga tidak boleh menebang atau mencabut tanaman di kawasan Suku Baduy, ya!
Kemenparekraf/Baparekraf RI @Ragam Jatim