Kolaborasi Global dalam Seni, Hasilkan Karya Inovatif
Foto Ilustrasi Kolaborasi Global dalam Seni |
Di lokasi Pekanbaru, Provinsi Riau yang terbagi menjadi empat grup telah menghasilkan karya kolaborasi musikalisasi dari tradisi lisan melalui karya-karya musikal. Grup Satu menampilkan "UTOPIALLITY Vol. 1." Karya ini merupakan karya musik elektro-akustik eksperimental yang merespon tradisi lisan dari cerita rakyat "Sibongsu dan Sicuriang" yang berasal dari Rokan Hulu, Riau, yang merepresentasikan kisah cinta sejoli yang penuh magis dan tragedi melalui komposisi musik yang menggabungkan unsur-unsur tradisi lisan setempat seperti Koba, Baandung, Badandong, dan Malalak.
Grup Dua menampilkan “The Sansuduong,” yang disajikan secara ansambel dan dimainkan dalam format elektro-akustik. Penggunaan soundscape dalam komposisi tekanan suasana yang beragam atas penghayatan alam di Kampar. Dasar skala/skala pada karya ini dipengaruhi oleh tradisi lisan Baghandu, Melalak dan Badondong. Grup Tiga menampilkan "Metaphysical Riverside" sebagai interpretasi terhadap keberagaman Sastra lisan di Kampar sebagai bagian dari spiritualitas masyarakatnya, hal ini terlampir pada Sastra Kuno Gurindam 12 pada Rangkap 7.
Sedangkan Grup Empat menampilkan “BONSU”, sebagai rekontruksi metode pengkaryaan dalam konteks pelindungan sastra atau upaya untuk menjaga, melestarikan, serta mempertahankan dan mengembangkan sastra agar tetap digunakan oleh masyarakat pemilik sastra sebagai warisan budaya. Dalam proses pengkaryaannya berupaya membangun banyak yang terjadi dalam membentuk struktur musikal, yang terbagi dalam bentuk triologi.
Para peserta residensi yang berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta telah menghasilkan karya kolaborasi yang merupakan pengembangan Olahraga Tradisional Jemparingan melalui karya Teatrikal yakni “Manah Jemparingan.” Selain itu melalui residensi ini juga digagas sebuah pameran yang mengangkat Jemparingan, "Pameran Olahraga dan Olahrasa." Dengan pameran ini diharapkan masyarakat lebih mengenal Jemparingan, yang bukan hanya sebagai olahraga tradisional, tetapi mengolah rasa melalui kepekaan-kepekaan yang bersumber dari indera manusia.
Untuk lokasi terakhir, yakni di Losari, Cirebon, Jawa Barat, telah menghasilkan karya kolaborasi interdisiplin seni dengan judul “Tarian Agung dari Losari.” Karya ini merupakan museum kehidupan yang diungkapkan melalui tarian, video, dan buku. Tarian yang ditampilkan yaitu Tari Klana Bandopati dan Tari Gonjing. Untuk video dokumenter berdurasi 10 menit mengenai hasil dari perjalanan residensi di Losari.
Lalu yang terakhir adalah buku yang merupakan upaya pengumpulan data dan infografis tentang budaya Losari melalui Tari Topeng Losari.
Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Kemendikbudristek, Restu Gunawan, mengatakan aspek pelatihan terhadap Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) merupakan hal penting dalam rangka menjalankan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Begitupun dengan hasil residensi yang bersumber kepada OPK, yang menurutnya sejalan dengan aspek lainnya, yakni pengembangan.
“Keluaran program ini diharapkan dapat menciptakan bentuk-bentuk kolaborasi pelestarian OPK berupa karya kreasi baru atau bentuk lainnya dari hasil residensi atau pembelajaran intensifnya bersama pelaku budaya,” pungkas Restu Gunawan.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid menyampaikan bahwa hasil program ini sesuai dengan harapannya, yakni agar para peserta dapat berkolaborasi menghasilkan karya baru yang bermanfaat bagi peningkatan kapasitasnya dalam pemajuan Kebudayaan Indonesia dan membangun jejaring pelaku budaya antara Indonesia dan dunia internasional.
“Oleh karena itu, keberlangsungan program ini tentunya perlu didukung, mengingat manfaat jangka panjangnya bagi pelaku budaya Indonesia, yakni memperkuat dan memperkuat jejaring pelaku budaya di kancah internasional.” tutup Hilmar Farid.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi @Ragam Jatim