Update

Candi Songgoriti: Jejak Mpu Supa di Antara Dua Mata Air Sakral di Kaki Gunung Banyak

Di jantung kota wisata Batu, tepatnya di Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, berdiri sebuah peninggalan purbakala yang sering luput dari sorotan publik: Candi Songgoriti, atau dikenal juga sebagai Candi Supo. Meski tak sepopuler candi-candi di lereng Merapi atau Lawu, Candi Songgoriti menyimpan keunikan arkeologis dan spiritual yang langka: dua sumber mata air alami dengan suhu yang kontras satu panas, satu dingin yang keluar berdampingan di bawah kaki candi.

RagamJatim.id
– Di jantung kota wisata Batu, tepatnya di Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, berdiri sebuah peninggalan purbakala yang sering luput dari sorotan publik: Candi Songgoriti, atau dikenal juga sebagai Candi Supo. Meski tak sepopuler candi-candi di lereng Merapi atau Lawu, Candi Songgoriti menyimpan keunikan arkeologis dan spiritual yang langka: dua sumber mata air alami dengan suhu yang kontras satu panas, satu dingin yang keluar berdampingan di bawah kaki candi.

Keajaiban ini bukan sekadar mitos lokal. Dalam beberapa sumber kuna seperti Prasasti Munggu Antan dan Kitab Negarakertagama, tempat ini disebut sebagai "paseban tapa" atau lokasi penyucian bagi resi dan bangsawan kerajaan pada masa pemerintahan Rakai Sindok dan masa awal Kerajaan Mataram Timur. Bahkan Lontar Usada Jawa Kuno menyebut tempat ini sebagai Paseban Tirta Pawitra, tempat suci untuk menyucikan diri sebelum upacara agung kerajaan.

Antara Tirta Panas dan Dingin: Fenomena Alam yang Sarat Makna Sakral

Dua sumber mata air di komplek Candi Songgoriti masih aktif hingga kini. Di sisi barat laut candi, mengalir air panas bersuhu lebih dari 40 derajat Celsius, yang dipercaya bersumber dari rekahan bumi vulkanik Gunung Banyak. Sedangkan di sisi tenggara, keluar mata air dingin yang menyegarkan, jernih, dan digunakan warga sekitar sebagai air minum.

Fenomena ini bukan sekadar keunikan geologis. Dalam kepercayaan Jawa kuno, tirta panas melambangkan pemurnian tubuh, sedang tirta dingin merepresentasikan ketenangan batin. Ritual penyucian diri secara lengkap dilakukan dengan membasuh tubuh dari kedua sumber mata air tersebut, diyakini dapat menetralisasi segala bentuk energi negatif.

Candi Supo: Warisan Mpu Supa, Arsitek Spiritual Kerajaan Mataram Timur

Candi Songgoriti sering dikaitkan dengan tokoh legendaris Mpu Supa atau Mpu Supo, arsitek spiritual dan pemimpin ritual yang dipercaya membangun tempat ini pada abad ke-10 M. Menurut Serat Pararaton dan keterangan dalam Prasasti Tumpang, Mpu Supa adalah resi yang juga mahir dalam teknologi bangunan berbasis geoteknik. Ia merancang candi ini sebagai tempat meditasi raja dan leluhur kerajaan.

Bagian-Bagian Candi Songgoriti: Sisa-Sisa Kemegahan Tapak Sakral

Meski kini hanya tersisa reruntuhan utama, bentuk asli Candi Songgoriti masih bisa direkonstruksi dari jejak arsitektural yang tertinggal. Berikut bagian-bagian pentingnya:

1. Batur Candi

Merupakan dasar penopang utama bangunan. Berbentuk persegi panjang dan tersusun dari batu andesit. Di sekelilingnya terdapat saluran air kecil yang dahulu digunakan untuk mengalirkan air suci dari kedua mata air ke area pemujaan.

2. Relief Lantai dan Alas Yoni

Di tengah batur, terdapat alas Yoni tanpa lingga. Beberapa ahli meyakini ini bukan sekadar simbol Siwaisme, tetapi digunakan sebagai wadah tirta pemujaan. Di permukaan alas, masih tampak bekas aliran air panas yang menghitamkan batu.

3. Bekas Struktur Dinding

Sisa pondasi tembok membentuk segi empat, mengindikasikan bangunan utama yang memiliki ruang meditasi tunggal (garbhagriha). Dinding bagian timur memiliki lubang kecil yang kemungkinan besar berfungsi sebagai jalur masuk sinar matahari pagi pada saat solstis mirip dengan teknik pencahayaan spiritual di Candi Kalasan.

4. Padasan dan Jaladwara

Terdapat dua struktur padasan berbentuk cekungan batu, diduga sebagai jaladwara atau pancuran air suci. Jalur air dari sumber panas dan dingin dipisah secara ritual untuk proses penyucian yang berbeda.

Catatan Sejarah: Antara Prasasti dan Legenda

Menurut Prasasti Munggu Antan (857 Saka / 935 Masehi), Candi Songgoriti ditetapkan sebagai "sima" atau tanah perdikan untuk keperluan upacara dan perawatan tempat suci. Sima tersebut diberikan oleh Sri Isanatunggawijaya, ratu pertama Mataram Timur sekaligus putri Rakai Sindok. Ia menetapkan tempat ini sebagai Paseban Suci Mpu Supa.

Kitab Tantu Panggelaran menyebut tempat ini sebagai hulun tirta panglukatan, tempat suci untuk menyucikan raja sebelum “ngruwat negeri”. Lokasinya yang berada di antara lereng dan hutan dipercaya menjadi "garis tengah" antara alam manusia dan kahyangan.

Candi Songgoriti Hari Ini: Warisan yang Butuh Perhatian

Saat ini, Candi Songgoriti berada dalam kawasan wisata pemandian air panas, namun nilai historis dan spiritualnya kerap tersisihkan oleh kepentingan komersial. Struktur asli candi tidak pernah direstorasi secara utuh, dan sebagian batu peninggalan tersimpan di Museum Songgoriti.

Namun demikian, nilai sakral tempat ini tak pernah pudar bagi masyarakat lokal. Tiap malam Jumat Legi, warga sekitar masih menggelar ritual kenduren dan meditasi malam di area candi, sebagai bentuk penghormatan terhadap Mpu Supa dan leluhur yang menjaga keseimbangan alam Batu.

Penutup: Memuliakan Warisan Leluhur, Menghidupkan Kembali Titik Sakral

Candi Songgoriti bukan sekadar bangunan batu tua. Ia adalah simpul sejarah, spiritualitas, dan harmoni alam. Perpaduan dua mata air berbeda suhu bukanlah kebetulan geologi semata, tetapi simbol penting dari dualitas hidup yang saling melengkapi. Di tengah derasnya arus modernisasi wisata Batu, kita diajak kembali menunduk dan menyapa jejak Mpu Supa di kaki Gunung Banyak tempat di mana air panas dan dingin bersatu, seperti hati dan pikiran yang seharusnya menyatu dalam keseimbangan.
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar