Update

Mpu Prapañca: Sang Pujangga Kerajaan Majapahit dan Warisan Agung Negarakrtagama

Di antara deretan tokoh besar Nusantara yang meninggalkan jejak monumental dalam lembar sejarah, nama Mpu Prapañca senantiasa bergema dalam dunia kesusastraan klasik Jawa. Ia bukan sekadar pujangga istana, melainkan juga pencatat kejayaan Majapahit yang agung dalam kitab legendarisnya

RagamJatim.id
– Di antara deretan tokoh besar Nusantara yang meninggalkan jejak monumental dalam lembar sejarah, nama Mpu Prapañca senantiasa bergema dalam dunia kesusastraan klasik Jawa. Ia bukan sekadar pujangga istana, melainkan juga pencatat kejayaan Majapahit yang agung dalam kitab legendarisnya: Nāgarakṛtāgama. Karya sastra ini tak hanya membius para peneliti, tapi juga menjadi bukti tertulis paling lengkap tentang ekspansi, struktur pemerintahan, hingga budaya Majapahit di puncak kejayaannya.

Asal Usul dan Latar Belakang Mpu Prapañca

Mpu Prapañca adalah seorang pendeta Buddha dari aliran Mahayana, sekaligus seorang pujangga kerajaan yang hidup pada abad ke-14 Masehi. Nama aslinya diyakini adalah Dang Acarya Nadendra, yang kemudian dikenal dengan sebutan "Mpu Prapañca" setelah memilih jalur kehidupan spiritual sebagai Bhiksu (pertapa).

Mengenai asal-usul keluarganya, Prapañca adalah putra dari Mpu Tantular, seorang pujangga terkenal lain di masa Majapahit yang dikenal melalui karyanya Kakawin Sutasoma—kitab yang melahirkan semboyan nasional kita: Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa. Jejak silsilah ini menunjukkan bahwa Prapañca berasal dari lingkungan intelektual dan spiritual yang tinggi.

Era dan Kehidupan: Prapañca di Masa Hayam Wuruk

Prapañca hidup dan berkarya di masa pemerintahan Sri Rajasanagara Hayam Wuruk (1350–1389 M), raja besar Majapahit yang dikenal mampu menyatukan hampir seluruh Nusantara. Hayam Wuruk memimpin Majapahit bersama patih legendaris Gajah Mada, yang saat itu telah menyatakan Sumpah Palapa demi menyatukan Nusantara di bawah panji Majapahit.

Sebagai seorang bhiksu dan pujangga istana, Prapañca menjadi saksi mata berbagai peristiwa penting kerajaan. Ia diutus untuk mendampingi perjalanan sang raja dalam Ekspedisi Dharmayātra mengelilingi wilayah kekuasaan Majapahit. Pengalaman ini kemudian ia tuangkan dalam karya agungnya yang abadi.

Nāgarakṛtāgama: Karya Agung Prapañca yang Mendunia

Karya paling monumental Mpu Prapañca adalah Nāgarakṛtāgama, sebuah kakawin atau puisi panjang yang ditulis pada tahun 1365 M. Dalam karya ini, Prapañca menulis dalam bahasa Jawa Kuno menggunakan aksara Kawi, yang terdiri atas 98 pupuh (bab) dalam bentuk metrum kakawin.

Kitab ini menggambarkan:
  • Struktur pemerintahan Majapahit,
  • Daftar daerah bawahan dari Sumatra hingga Papua,
  • Tatanan spiritual dan adat kerajaan,
  • Kehidupan pribadi raja,
  • Perjalanan suci (dharma yatra) Hayam Wuruk ke berbagai wilayah,
  • Hingga penghormatan kepada para leluhur dan dewa-dewi.
Yang luar biasa, Nāgarakṛtāgama menyebut nama-nama tempat dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, hingga wilayah di luar Nusantara seperti Tumasik (Singapura), Siam, dan Campa. Tak heran bila kitab ini menjadi bukti konkret cakupan kekuasaan Majapahit yang luar biasa luas.

Sumber Sejarah yang Menguatkan

Beberapa sumber sejarah yang menjadi rujukan utama mengenai Mpu Prapañca antara lain:
  1. Naskah Nāgarakṛtāgama sendiri (disimpan di Leiden, Belanda, dengan kode L.Or. 5.004).
  2. Keterangan dalam Pararaton dan Kidung Harsawijaya, meski tidak terlalu mendetail.
  3. Kajian ilmiah seperti oleh: Prof. C.C. Berg dalam studinya terhadap teks Jawa Kuno, Slamet Muljana dalam Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Majapahit, I Gusti Putu Phalgunadi dalam terjemahan Nāgarakṛtāgama ke dalam bahasa Inggris (1995).
Akhir Hayat Sang Pujangga

Setelah menyelesaikan Nāgarakṛtāgama, Mpu Prapañca memilih mengakhiri hidupnya dalam keheningan sebagai pertapa. Tidak banyak yang mencatat akhir hayatnya secara eksplisit. Namun dari gaya penulisannya yang penuh refleksi, terutama di pupuh akhir Nāgarakṛtāgama, para ahli meyakini bahwa Prapañca menyelesaikan kitabnya sebagai catatan terakhir sebelum turun panggung dari dunia ramai.

Ia diyakini wafat tak lama setelah tahun 1365, kemungkinan besar di lingkungan spiritual yang jauh dari pusat kerajaan. Warisannya tidak hanya membekas di dunia sastra, tapi juga menjadi arsip penting Nusantara, yang digunakan para sejarawan modern untuk merekonstruksi sejarah Majapahit secara akurat.

Jejak Abadi Prapañca di Tanah Jawa

Hingga kini, nama Mpu Prapañca diabadikan dalam berbagai bentuk:
  1. Nama jalan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Denpasar.
  2. Penelitian arkeologi dan filologi yang menggunakan Nāgarakṛtāgama sebagai referensi utama.
  3. Film, novel, hingga naskah teater yang mengangkat kejayaan Majapahit dan kisah para pujangganya.
Penutup: Warisan Literasi untuk Generasi Masa Kini

Mpu Prapañca bukan sekadar penulis. Ia adalah arsitek naratif sejarah, yang merekam bukan hanya kejayaan Majapahit, tapi juga filosofi hidup Jawa kuno yang harmonis, spiritual, dan berpandangan jauh ke depan. Di era ketika dokumentasi digital belum ada, ia telah mewariskan cetak biru Nusantara yang tetap relevan hingga kini.

Dalam setiap bait Nāgarakṛtāgama, tersimpan tidak hanya data sejarah, tapi juga roh Nusantara. Dan Prapañca, sang bhiksu pujangga, adalah jembatan emas antara zaman keemasan itu dan masa kini kita.
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar