Proyek Revitalisasi Jalur KA Jember–Panarukan, Jalur Rel Kolonial Dihidupkan Demi Pariwisata dan Logistik Jawa Timur
Jember, Ragamjatim.id – Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan mulai mengkaji ulang jalur kereta api bersejarah Jember–Panarukan, jalur tua peninggalan Belanda yang telah nonaktif sejak 2004. Revitalisasi ini ditujukan untuk membuka kembali konektivitas antarwilayah di kawasan Tapal Kuda Jawa Timur, baik untuk kepentingan pariwisata sejarah maupun distribusi logistik regional.
Jalur sepanjang ±90 km ini dahulu menjadi urat nadi perdagangan antara pusat pertanian Jember dengan pelabuhan Panarukan di Situbondo. Dibangun sejak tahun 1897 oleh Staatsspoorwegen (SS), kini rel-rel berlumut itu kembali dilirik untuk dijadikan heritage railway sekaligus jalur alternatif pengangkutan barang.
Dari Rel Berkarat Menuju Wisata Sejarah
Revitalisasi bukan semata untuk mobilitas modern. Pemerintah berencana mengembangkan kereta wisata bertema sejarah, menyusuri lintasan lama yang melewati kawasan pegunungan, perkebunan, dan desa-desa kolonial.
“Jalur ini sangat potensial untuk dijadikan ikon pariwisata sejarah. Bayangkan naik gerbong kayu melewati stasiun-stasiun tua di tengah perkebunan kopi dan tembakau,” ujar Dr. Sukarman, sejarawan transportasi Universitas Negeri Jember.
Beberapa stasiun lama yang akan direstorasi antara lain Kalisat, Mayang, dan Asembagus saksi bisu zaman kolonial yang dapat hidup kembali sebagai museum mini dan destinasi wisata edukatif.
Solusi Logistik Wilayah Timur
Revitalisasi jalur ini juga ditargetkan memperkuat distribusi logistik wilayah Tapal Kuda. “Jika beroperasi kembali, kereta bisa angkut hasil perkebunan dan barang antar kabupaten dengan biaya jauh lebih murah dibanding truk,” jelas Ismail Rudi dari KADIN Jatim Wilayah Timur.
Saat ini jalur darat Jember–Situbondo padat dan mahal secara operasional. Kereta bisa menjadi opsi transportasi efisien untuk UMKM, pertanian, dan distribusi barang antar pelabuhan.
Tantangan Lahan dan Infrastruktur Tua
Sayangnya, sebagian besar jalur sudah tidak utuh. Banyak rel dicuri atau hilang, sebagian tertutup bangunan dan lahan garapan warga.
“Pendekatannya harus humanis. Kami tidak akan menggusur sembarangan,” kata Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jatim. Kajian sosial dan legalisasi aset tengah dilakukan untuk mencegah konflik saat eksekusi proyek.
Skema KPBU dan Peluang Investasi
Diperkirakan proyek ini memerlukan dana sekitar Rp 1,2 triliun. Pemerintah mempertimbangkan skema KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) sebagai alternatif pendanaan, sembari mengundang investor bidang transportasi dan pariwisata.
Pihak PT KAI dan Kementerian BUMN juga disebut tertarik menjadikan jalur ini sebagai proyek percontohan kolaboratif antara sejarah dan modernisasi transportasi.
Harapan Masyarakat
Masyarakat di sepanjang jalur memberi respon beragam. Sebagian besar mendukung karena berharap munculnya kembali aktivitas ekonomi dan wisata. Namun, sebagian lainnya khawatir akan relokasi.
“Yang penting jangan digusur mendadak. Kalau ada pembicaraan baik-baik, kami ikut saja,” ujar Bu Sumiyati, warga Asembagus.
Rel Lama, Harapan Baru
Revitalisasi ini bukan hanya tentang mengaktifkan rel kereta yang mati. Ini soal menghidupkan ulang sejarah, menyambung perekonomian desa-ke-kota, dan memberi panggung bagi pariwisata berbasis narasi masa lalu.
RagamJatim.id melihat proyek ini sebagai simbol pergerakan baru: dari tanah sejarah, tumbuh infrastruktur masa depan.
FAKTA UTAMA:
Jalur KA Jember–Panarukan: Dibangun 1897, nonaktif 2004
Panjang lintasan: ±90 km
Fokus revitalisasi: Pariwisata sejarah & logistik UMKM
Tantangan: Infrastruktur rusak, konflik lahan
Skema pendanaan: KPBU atau hibah pariwisata
Estimasi nilai proyek: Rp 1,2 triliun
