Update

Durga Ranini: Sang Ratu Siluman Penjaga Gerbang Candi Sukuh, Misteri Piramida Jawa yang Terlupakan

Di balik heningnya kabut lereng Lawu, di antara batu-batu trapesium Candi Sukuh yang menyerupai piramida Maya, tersembunyi sebuah tokoh perempuan tangguh nan mistis yang nyaris tak terdengar namanya: Durga Ranini, sang ratu siluman yang bertakhta dalam relief dan arca yang kini mulai lapuk dimakan waktu.

RagamJatim.id
- Di balik heningnya kabut lereng Lawu, di antara batu-batu trapesium Candi Sukuh yang menyerupai piramida Maya, tersembunyi sebuah tokoh perempuan tangguh nan mistis yang nyaris tak terdengar namanya: Durga Ranini, sang ratu siluman yang bertakhta dalam relief dan arca yang kini mulai lapuk dimakan waktu.

Namun, ia bukan sekadar bagian dari mitologi. Durga Ranini adalah simbol kekuatan, pemberontakan, dan keperempuanan Jawa yang nyaris dihapus dari sejarah. Jejaknya terekam dalam relief Candi Sukuh, tersirat dalam kakawin Tantri Kamandaka, dan beresonansi dengan kutipan-kutipan tersembunyi dalam lontar Bali seperti Bhuwana Kosa dan Tuturan Durga Dewi.

Siapakah Durga Ranini? Sang Ratu dari Gerbang Dunia Siluman

Durga Ranini bukan Durga biasa. Ia bukan sekadar aspek dari Dewi Durga Mahisasuramardini, pelindung dharma yang mengalahkan asura. Ia adalah manifestasi Tantrik, bentuk energi ganas dari Durga yang bertakhta sebagai penguasa alam bawah, penjaga antara dunia nyata dan dunia siluman.

Dalam relief Candi Sukuh, Durga Ranini digambarkan tak seperti ikonografi Durga klasik. Ia berdiri di sisi gerbang suci dengan mata melotot, lidah menjulur, dan mengenakan perhiasan tengkorak. Sosok ini meskipun tanpa prasasti yang menyebutkan nama langsung telah lama disebut sebagai “Ranini” oleh para abdi dalem keraton dan empu spiritual Jawa, sebagaimana terekam dalam tradisi lisan dan fragmen kitab Durga Ranini Gama yang tersimpan di lontar Keraton Surakarta.

Ranini berasal dari kata “Rani” (ratu) dan “Ni” (penekanan spiritual perempuan). Dalam versi pewayangan yang nyaris punah, ia disebut sebagai istri dari Raja Raksasa Wisaraja, dan pelindung garis darah wangsa siluman di tanah Jawa.

Relief Sukuh: Narasi Terselubung Sang Ratu Penantang Dharma

Salah satu panel relief paling unik di Candi Sukuh menggambarkan ritual ruwatan dengan kehadiran figur perempuan bertaring, bertangan empat, memegang kapak dan kepala manusia, berdiri di atas makhluk mengerikan. Inilah Durga Ranini, penguasa transisi dari dunia manusia menuju jagad maya alam yang harus dilewati sebelum moksha.

Relief ini menurut penelusuran terhadap naskah Tantu Panggelaran menyimbolkan ujian terakhir bagi manusia yang hendak mencapai pencerahan. Ranini akan menguji niat, mengungkap aib, dan menyerap segala dosa sebelum seseorang bisa melanjutkan ke tahap spiritual tertinggi. Mereka yang gagal akan tertelan ke dalam dunia kelam yang dikenal sebagai “Sang Bhuta Durga”, dunia makhluk tanpa kehendak.

Menurut lontar Kamoksan, yang masih disimpan di Pura Pusering Jagat, Bali, Durga Ranini adalah penjaga gerbang “kalang patra” titik antara kelahiran dan kematian. Ia bukan musuh, tapi tantangan.

Durga Ranini dalam Kejawen: Antara Kutuk, Penjaga, dan Guru Batin

Dalam ajaran Kejawen esoterik, Ranini bukan hanya makhluk astral. Ia adalah personifikasi dari sisi liar dan tak terjinakkan dalam diri manusia, terutama dalam diri perempuan. Ia mewakili "cipta-karma-karsa" yang belum tersalurkan dengan suci. Dalam serat Serat Centhini, karakter seperti Ranini hadir sebagai penjaga hutan, penyihir, atau guru spiritual dari tokoh utama yang tengah bertapa.

Ranini melambangkan kekuatan perempuan yang ditakuti dan dikucilkan oleh masyarakat patriarkal. Tak heran jika sejak era Islamisasi dan kolonialisme, relief-relief tentangnya ditutup, dan sebutan Durga diganti dengan narasi jahat, padahal dalam konteks aslinya, ia adalah pelindung dan penguji dharma.

Sang Ratu dan Piramida Jawa: Hubungan Sukuh dengan Gunung Suci

Candi Sukuh bukan tempat sembarangan. Menurut kakawin Nagarakretagama, kawasan Lawu dikenal sebagai "Wana Sang Hyang Adi", hutan para dewa tempat para raja Majapahit bertapa dan meninggalkan dunia fana. Sukuh berdiri di batas antara dunia nyata dan alam astral. Durga Ranini bertakhta di titik tengah, antara kaki dan puncak spiritualitas.

Beberapa naskah kuno, seperti Tuturan Tapak Lawu dan Serat Dewa Ruci, menyebut adanya ritual malam Sukra Wage (Jumat Kliwon) untuk memuja sang Ratu Ranini, memohon perlindungan dan pembersihan diri. Tradisi ini diam-diam masih dijalankan oleh kalangan pangruwat dan spiritualis di lereng Lawu hingga hari ini.

Penutup: Ranini, Bayangan yang Membebaskan

Durga Ranini mungkin tak ditemukan dalam buku pelajaran sejarah. Ia terlalu kelam untuk dikisahkan di siang bolong, terlalu kuat untuk ditaklukkan oleh narasi kolonial dan dogma moralitas. Tapi ia tetap hidup di batu yang membisu, di kabut Lawu, dan dalam batin mereka yang mencari kebenaran tanpa topeng.

Candi Sukuh bukan sekadar piramida Jawa. Ia adalah tempat di mana Durga Ranini menunggu bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk menyaring siapa yang siap melangkah ke tingkat spiritual lebih tinggi. Ia bukan dewi, bukan iblis. Ia adalah Ratu Penjaga Kesadaran.
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar