Update

Pramodhawardhani: Srikandi Agung di Balik Kemegahan Borobudur dan Prambanan

Dalam lembar sejarah Nusantara, ada satu nama yang kerap luput dari sorotan publik namun justru menjadi ruh di balik dua mahakarya agung peradaban Jawa: Borobudur dan Prambanan. Ia bukan sekadar permaisuri atau pelengkap cerita raja, melainkan tokoh sentral yang menjembatani dua kutub besar spiritualitas Jawa Kuno. Dialah Pramodhawardhani, putri wangsa Syailendra dan istri Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya sosok yang menjahit kembali keberagaman Nusantara dengan benang emas toleransi dan dharma.

RagamJatim.id
– Dalam lembar sejarah Nusantara, ada satu nama yang kerap luput dari sorotan publik namun justru menjadi ruh di balik dua mahakarya agung peradaban Jawa: Borobudur dan Prambanan. Ia bukan sekadar permaisuri atau pelengkap cerita raja, melainkan tokoh sentral yang menjembatani dua kutub besar spiritualitas Jawa Kuno. Dialah Pramodhawardhani, putri wangsa Syailendra dan istri Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya sosok yang menjahit kembali keberagaman Nusantara dengan benang emas toleransi dan dharma.

Putri Samaratungga, Titisan Daya Buddha Tantrayana

Pramodhawardhani adalah putri dari Samaratungga, raja besar dari Wangsa Syailendra yang mengokohkan agama Buddha Mahayana sebagai landasan spiritual dan politik di Jawa Tengah pada abad ke-8 Masehi. Namanya disebut dengan jelas dalam Prasasti Karangtengah (824 M), di mana ia digelari Çrī Kahulunan—gelar keagamaan yang menunjukkan derajat tinggi dalam struktur sangha Buddhis, sekaligus cerminan dari perannya sebagai patron spiritual dan politik.

Dalam prasasti tersebut disebutkan:

"Çrī Kahulunan i bhumi Jambudwipa... mamangun kamulan sang hyang Wajradhātu"

Artinya, Çrī Kahulunan (Pramodhawardhani) membangun “kamulan” atau tempat suci Wajradhātu nama Buddhis dari Borobudur.

Borobudur sendiri merupakan mandala raksasa, simbol kosmos Buddhis yang dibangun untuk menggambarkan perjalanan spiritual menuju pencerahan. Keikutsertaan Pramodhawardhani dalam pembangunan Borobudur menjadikannya bukan hanya pelindung, tetapi juga pelanjut visi ayahandanya.

Jejaknya di Borobudur: Lebih dari Sekadar Nama

Meski Borobudur sering dikaitkan hanya dengan Samaratungga, jejak Pramodhawardhani justru lebih konkret dalam berbagai artefak. Ia tidak hanya disebut dalam Prasasti Karangtengah, tapi juga dalam Prasasti Tri Tepusan yang dikeluarkan olehnya sendiri, menyebutkan tentang pelepasan pajak atas tanah di Desa Tri Tepusan guna mendukung kegiatan keagamaan di Borobudur.

Hal ini menegaskan peran aktifnya dalam pemeliharaan dan pengelolaan Borobudur sebagai pusat spiritual. Bukan tidak mungkin, Pramodhawardhani juga berperan dalam penyusunan narasi relief Borobudur yang memuat kisah Jataka, Lalitavistara, dan Gandavyuha cerita kehidupan Sang Buddha dan para Bodhisattva.

Cinta Lintas Iman: Jembatan Menuju Prambanan

Dalam catatan sejarah, Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, raja muda dari Wangsa Sanjaya yang menganut Hindu Siwa. Pernikahan ini bukan sekadar ikatan pribadi, tetapi juga langkah strategis untuk menyatukan dua dinasti besar yang sempat bersaing di Jawa Tengah: Syailendra dan Sanjaya. Dari titik inilah lahir toleransi monumental berupa proyek pembangunan Candi Prambanan.

Meski Prambanan adalah candi Hindu, pengaruh Pramodhawardhani tetap hadir secara simbolik. Hal ini terlihat dalam struktur dan pemilihan lokasi yang berdekatan dengan candi-candi Buddha seperti Plaosan dan Sari. Kemungkinan besar, ia berperan dalam memastikan harmoni antara kedua aliran agama besar tersebut tetap terjaga.

Prasasti Cri Kahulunan dan Plaosan: Potret Jiwa Seorang Ratu

Dalam Prasasti Cri Kahulunan (842 M), yang ditemukan di sekitar Candi Plaosan, nama Pramodhawardhani kembali disebut sebagai tokoh utama pembangunan candi. Ia tidak hanya membangun, tetapi menanamkan nilai “wijaya dharma” dharma yang menang bukan karena perang, tapi karena welas asih dan persatuan.

Plaosan adalah candi Buddha yang dibangun di masa Rakai Pikatan, jelas menunjukkan bahwa meskipun pemerintahan Hindu sedang berkuasa, Pramodhawardhani tetap diizinkan menjalankan dharma Buddha secara aktif. Ini mencerminkan kekuatan spiritual dan politiknya yang luar biasa.

Jejak Lain dalam Kitab dan Tradisi Lisan Jawa

Dalam narasi Jawa Kuna seperti yang tertuang dalam Kitab Pararaton, walau tidak secara eksplisit menyebut Pramodhawardhani, terdapat kisah tentang permaisuri raja yang menjadi penjaga keseimbangan antara dua kekuatan spiritual. Tokoh ini kerap ditafsirkan sebagai representasi dari Pramodhawardhani yang mampu meredam konflik horizontal antar umat beragama pada masa itu.

Sementara dalam tradisi tutur masyarakat sekitar Borobudur dan Prambanan, Pramodhawardhani masih dikenang sebagai “Ratu Sewidak” atau ratu bijak yang membawa berkah air dan ketentraman spiritual. Bahkan dalam beberapa lakon wayang beber di sekitar lereng Menoreh, Pramodhawardhani disebut sebagai “Sang Putri Waisak” penjelmaan dewi kebijaksanaan.

Warisan Abadi: Perempuan dalam Jejak Batu

Apa yang ditinggalkan Pramodhawardhani bukan hanya bangunan, tetapi landasan hidup spiritual masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi toleransi, dialog antar iman, dan kecintaan terhadap ilmu dharma.

Ia adalah perempuan yang membuktikan bahwa kekuasaan tidak harus memecah, tetapi bisa menjadi perekat peradaban. Dalam ukiran batu Borobudur, relief Plaosan, dan struktur Prambanan, nama Pramodhawardhani tidak ditulis mencolok, tapi ditanam dalam makna. Seperti benih yang tumbuh jadi pohon, warisannya terus hidup meski zaman berganti.

Penutup: Pramodhawardhani, Cahaya Dharma dari Tanah Jawa

Dalam zaman yang kini kembali gaduh oleh isu perbedaan keyakinan, sosok Pramodhawardhani menjadi cermin adiluhung. Ia tidak memaksakan kebenaran tunggal, tapi menghadirkan kebenaran yang menyatukan. Candi Borobudur berdiri sebagai tanda kemuliaannya dalam memuliakan dharma, Prambanan sebagai tanda cintanya pada kehidupan bersama.

Jejaknya adalah ajakan sunyi dari masa lalu: bahwa Nusantara tidak dibangun dengan pedang, tapi dengan rasa, welas asih, dan kemauan untuk hidup bersama dalam beda.
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar