The Rolling Stones: Ketika Rock and Roll Tak Pernah Mati
RagamJatim.id – Dunia musik modern tidak akan lengkap tanpa menyebut nama The Rolling Stones. Band rock asal Inggris ini bukan hanya pelengkap sejarah musik, tetapi penyusun utama babak penting dalam peradaban rock and roll dunia. Sejak kemunculan mereka di awal 1960-an, hingga kini enam dekade kemudian The Rolling Stones tetap eksis, tetap keras, dan tetap jadi inspirasi bagi generasi muda maupun tua.
Dari panggung-panggung dunia hingga playlist digital zaman kini, band ini telah mencetak puluhan lagu abadi, membentuk identitas budaya pop, dan menunjukkan kepada dunia bahwa usia bukan penghalang untuk tetap "nge-rock".
Awal Perjalanan: Dari Klub Kecil ke Panggung Dunia
The Rolling Stones dibentuk pada tahun 1962 oleh dua sahabat yang punya gairah musik blues yang menggebu: Mick Jagger (vokal) dan Keith Richards (gitar). Keduanya tumbuh di Inggris dengan kecintaan mendalam pada musik blues Amerika, seperti karya Muddy Waters, Chuck Berry, dan Howlin’ Wolf.
Mereka kemudian merekrut Brian Jones (gitar), Charlie Watts (drum), dan Bill Wyman (bass), membentuk formasi klasik yang membawa The Rolling Stones ke permukaan industri musik dunia. Nama "The Rolling Stones" sendiri diambil dari lagu blues klasik milik Muddy Waters yang berjudul Rollin' Stone.
Di awal kariernya, mereka dikenal sebagai band “pesaing berat The Beatles.” Jika The Beatles tampil lebih rapi dan manis, maka The Rolling Stones menawarkan citra yang lebih liar, urakan, dan penuh semangat pemberontakan. Dan itu disukai banyak orang.
Era Keemasan: Lagu-Lagu Tak Terlupakan
Mereka kemudian merekrut Brian Jones (gitar), Charlie Watts (drum), dan Bill Wyman (bass), membentuk formasi klasik yang membawa The Rolling Stones ke permukaan industri musik dunia. Nama "The Rolling Stones" sendiri diambil dari lagu blues klasik milik Muddy Waters yang berjudul Rollin' Stone.
Di awal kariernya, mereka dikenal sebagai band “pesaing berat The Beatles.” Jika The Beatles tampil lebih rapi dan manis, maka The Rolling Stones menawarkan citra yang lebih liar, urakan, dan penuh semangat pemberontakan. Dan itu disukai banyak orang.
Era Keemasan: Lagu-Lagu Tak Terlupakan
Masuk ke pertengahan tahun 60-an, The Rolling Stones mulai menulis lagu sendiri dan melepas citra band cover. Tahun 1965 menjadi momen penting dengan dirilisnya lagu ikonik “(I Can’t Get No) Satisfaction”, yang mengangkat nama mereka secara global. Riff gitar dari Keith Richards menjadi salah satu pembuka lagu paling terkenal dalam sejarah musik.
Setelah itu, gelombang hits pun datang bertubi-tubi:
Album-album seperti Let It Bleed (1969), Sticky Fingers (1971), dan Exile on Main St. (1972) diakui sebagai karya klasik rock dunia. Bahkan oleh banyak kritikus, Exile on Main St. disebut sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa.
Citra Liar dan Penuh Kontroversi
Setelah itu, gelombang hits pun datang bertubi-tubi:
- “Paint It Black”
- “Sympathy for the Devil”
- “Angie”
- “Gimme Shelter”
- “Start Me Up”
- “You Can’t Always Get What You Want”
Album-album seperti Let It Bleed (1969), Sticky Fingers (1971), dan Exile on Main St. (1972) diakui sebagai karya klasik rock dunia. Bahkan oleh banyak kritikus, Exile on Main St. disebut sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa.
Citra Liar dan Penuh Kontroversi
Salah satu hal yang membuat The Rolling Stones selalu menarik perhatian adalah gaya hidup dan citra "bad boy" mereka. Skandal, obat-obatan, hubungan asmara, dan berbagai kontroversi menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan band ini.
Keith Richards, sang gitaris ikonik, dikenal sebagai “penjelajah hidup” yang bertahan dari berbagai pengalaman ekstrem. Bahkan, kehidupannya dijadikan inspirasi untuk karakter Captain Jack Sparrow dalam film Pirates of the Caribbean.
Namun, meski sering jadi pusat kontroversi, The Rolling Stones tidak pernah kehilangan musikalitas. Mereka tetap konsisten menelurkan karya dan tampil energik di panggung, bahkan ketika usia para anggotanya telah melewati kepala tujuh.
Pengaruh Global dan Warisan Budaya
Keith Richards, sang gitaris ikonik, dikenal sebagai “penjelajah hidup” yang bertahan dari berbagai pengalaman ekstrem. Bahkan, kehidupannya dijadikan inspirasi untuk karakter Captain Jack Sparrow dalam film Pirates of the Caribbean.
Namun, meski sering jadi pusat kontroversi, The Rolling Stones tidak pernah kehilangan musikalitas. Mereka tetap konsisten menelurkan karya dan tampil energik di panggung, bahkan ketika usia para anggotanya telah melewati kepala tujuh.
Pengaruh Global dan Warisan Budaya
The Rolling Stones bukan hanya band rock mereka adalah simbol budaya global. Pengaruh mereka meluas jauh melampaui dunia musik, masuk ke dunia fashion, film, bahkan aktivisme sosial.
Logo lidah menjulur, yang dirancang oleh desainer John Pasche pada 1971, kini menjadi salah satu logo band paling ikonik sepanjang sejarah musik dunia. Simbol ini telah menjadi representasi visual semangat kebebasan dan pemberontakan khas The Rolling Stones.
Mereka juga berperan penting dalam mengubah cara konser musik diselenggarakan. Mulai dari sistem tata panggung, tata cahaya, hingga konsep tur dunia yang megah dan terorganisir semua itu dipopulerkan oleh The Rolling Stones.
Charlie Watts: Sang Penjaga Ritme yang Abadi
Logo lidah menjulur, yang dirancang oleh desainer John Pasche pada 1971, kini menjadi salah satu logo band paling ikonik sepanjang sejarah musik dunia. Simbol ini telah menjadi representasi visual semangat kebebasan dan pemberontakan khas The Rolling Stones.
Mereka juga berperan penting dalam mengubah cara konser musik diselenggarakan. Mulai dari sistem tata panggung, tata cahaya, hingga konsep tur dunia yang megah dan terorganisir semua itu dipopulerkan oleh The Rolling Stones.
Charlie Watts: Sang Penjaga Ritme yang Abadi
Salah satu kehilangan besar yang dirasakan dunia musik terjadi pada tahun 2021, ketika Charlie Watts, drummer legendaris The Rolling Stones, meninggal dunia pada usia 80 tahun. Watts dikenal sebagai sosok yang tenang, elegan, dan sangat berkelas di tengah band yang penuh gejolak.
Kepergian Charlie meninggalkan lubang besar di tubuh The Rolling Stones, tetapi band ini tetap melanjutkan tur dengan penuh penghormatan terhadap warisan musiknya.
Konsistensi dan Keabadian
Kepergian Charlie meninggalkan lubang besar di tubuh The Rolling Stones, tetapi band ini tetap melanjutkan tur dengan penuh penghormatan terhadap warisan musiknya.
Konsistensi dan Keabadian
Apa yang membuat The Rolling Stones berbeda dari banyak band lain adalah ketahanan mereka terhadap waktu. Di saat banyak band besar bubar atau kehilangan arah, The Rolling Stones tetap solid walau dengan beberapa perubahan personel dan tetap aktif merilis album dan menjalani tur dunia.
Hingga tahun 2023, mereka masih manggung di berbagai negara, memainkan lagu-lagu lama maupun materi baru, dengan semangat dan energi yang sama seperti saat mereka tampil pertama kali di klub kecil Inggris, enam dekade lalu.
Fakta Unik Tentang The Rolling Stones
Hingga tahun 2023, mereka masih manggung di berbagai negara, memainkan lagu-lagu lama maupun materi baru, dengan semangat dan energi yang sama seperti saat mereka tampil pertama kali di klub kecil Inggris, enam dekade lalu.
Fakta Unik Tentang The Rolling Stones
Mick Jagger adalah lulusan London School of Economics, sebelum memutuskan terjun ke dunia musik.
Keith Richards mengklaim bahwa ia menciptakan riff “Satisfaction” dalam mimpi dan langsung merekamnya begitu bangun.
The Rolling Stones pernah dilarang tampil di beberapa negara karena lirik dan gaya hidup mereka yang dianggap "berbahaya".
Mereka telah menggelar lebih dari 2000 konser di seluruh dunia.
Total penjualan album mereka mencapai lebih dari 200 juta copy secara global.
Kesimpulan: The Rolling Stones, Legenda Hidup yang Tak Terkalahkan
The Rolling Stones adalah bukti nyata bahwa musik sejati tidak mengenal usia dan tren. Mereka hadir bukan hanya untuk masa tertentu, tapi untuk setiap generasi yang butuh semangat, ekspresi, dan kebebasan.
Di tengah perubahan industri musik yang semakin digital dan instan, The Rolling Stones tetap menjadi penanda kualitas, integritas, dan ketangguhan dalam berkarya. Mereka bukan hanya legenda masa lalu, tapi juga ikon masa kini yang tetap relevan.
Dengan Mick Jagger dan Keith Richards yang masih aktif di panggung, serta warisan karya yang tak pernah surut, The Rolling Stones membuktikan bahwa rock and roll meski berganti zaman tidak akan pernah mati.
Keith Richards mengklaim bahwa ia menciptakan riff “Satisfaction” dalam mimpi dan langsung merekamnya begitu bangun.
The Rolling Stones pernah dilarang tampil di beberapa negara karena lirik dan gaya hidup mereka yang dianggap "berbahaya".
Mereka telah menggelar lebih dari 2000 konser di seluruh dunia.
Total penjualan album mereka mencapai lebih dari 200 juta copy secara global.
Kesimpulan: The Rolling Stones, Legenda Hidup yang Tak Terkalahkan
The Rolling Stones adalah bukti nyata bahwa musik sejati tidak mengenal usia dan tren. Mereka hadir bukan hanya untuk masa tertentu, tapi untuk setiap generasi yang butuh semangat, ekspresi, dan kebebasan.
Di tengah perubahan industri musik yang semakin digital dan instan, The Rolling Stones tetap menjadi penanda kualitas, integritas, dan ketangguhan dalam berkarya. Mereka bukan hanya legenda masa lalu, tapi juga ikon masa kini yang tetap relevan.
Dengan Mick Jagger dan Keith Richards yang masih aktif di panggung, serta warisan karya yang tak pernah surut, The Rolling Stones membuktikan bahwa rock and roll meski berganti zaman tidak akan pernah mati.