Update

Candi Ijo Sleman: Menelusuri Poros Semesta di Lereng Merapi

Di balik megahnya gugusan candi di Yogyakarta, terdapat sebuah situs purbakala yang menyimpan misteri kosmis dan spiritual mendalam: Candi Ijo. Terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Candi Ijo berdiri kokoh di ketinggian 410 meter di atas permukaan laut, menjadikannya candi tertinggi di Yogyakarta sekaligus titik yang oleh sebagian kalangan dianggap sebagai poros semesta.

Sleman, RagamJatim.id
– Di balik megahnya gugusan candi di Yogyakarta, terdapat sebuah situs purbakala yang menyimpan misteri kosmis dan spiritual mendalam: Candi Ijo. Terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Candi Ijo berdiri kokoh di ketinggian 410 meter di atas permukaan laut, menjadikannya candi tertinggi di Yogyakarta sekaligus titik yang oleh sebagian kalangan dianggap sebagai poros semesta.

Candi Ijo: Lebih dari Sekadar Situs Sejarah

Candi Ijo diperkirakan dibangun antara abad ke-9 hingga ke-10 Masehi, pada masa Kerajaan Medang Mataram. Kompleks candi ini terdiri dari satu candi utama dan beberapa candi perwara yang menghadap ke barat. Nama "Ijo" merujuk pada lokasi candi yang berada di Bukit Hijau (Gumuk Ijo), menyatu dengan kontur alam yang mempesona.

Namun yang menjadikan Candi Ijo istimewa bukan hanya sejarahnya, melainkan posisinya yang disebut-sebut sebagai poros semesta atau titik harmoni alam dan langit. Konsep ini bukan mitos belaka, melainkan berangkat dari keselarasan astronomi, kosmologi Jawa, dan tata letak candi yang dianggap mencerminkan hubungan manusia, bumi, dan jagad raya.

Poros Imajiner: Dari Laut Selatan hingga Merapi

Candi Ijo masuk dalam garis imajiner kosmis yang membentang dari Selatan ke Utara: dimulai dari Pantai Parangtritis, melintasi Kraton Yogyakarta, Tugu Pal Putih, dan berujung di Gunung Merapi. Garis ini diyakini oleh sebagian budayawan sebagai simbol keseimbangan antara dunia bawah (laut), dunia tengah (manusia), dan dunia atas (gunung).

Menariknya, Candi Ijo berada tepat di poros utara, menghadap ke arah selatan dan memiliki orientasi yang selaras dengan matahari saat terbit dan terbenam pada titik tertentu. Para pengkaji meyakini bahwa lokasi candi ini bukan kebetulan, melainkan bagian dari perhitungan kosmologis masyarakat Jawa kuno.

Pusat Energi dan Spiritualitas

Sejumlah spiritualis dan pemerhati energi metafisika meyakini bahwa Candi Ijo memancarkan energi kesadaran tinggi. Banyak pengunjung yang datang bukan hanya untuk wisata sejarah, tetapi juga untuk melakukan meditasi, ritual penyelarasan energi, hingga sekadar mencari ketenangan batin.

“Tempat ini seperti titik temu antara langit dan bumi. Saat berdiri di pelataran candi utama dan memandang ke barat saat matahari terbenam, terasa sekali suasana magis dan kedamaian,” ujar Rani, seorang pengunjung dari Surabaya yang rutin datang ke Candi Ijo untuk ritual yoga spiritual.

Potensi Wisata Budaya dan Edukasi

Candi Ijo juga menyuguhkan pemandangan alam yang menakjubkan. Dari sini, pengunjung dapat menyaksikan hamparan wilayah Sleman hingga ke perbatasan Klaten dan Gunung Merapi. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Candi Ratu Boko dan Tebing Breksi menjadikannya bagian dari segitiga wisata budaya yang strategis.

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta pun terus mengembangkan kawasan ini sebagai destinasi wisata unggulan. Jalur akses ditingkatkan, fasilitas ditambah, dan pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan candi semakin diperkuat.

Candi Ijo dan Masa Depan

Dengan segala kekayaan arkeologis, kosmologis, dan spiritualnya, Candi Ijo berpotensi besar menjadi pusat edukasi budaya dan energi alternatif yang berpadu dalam satu narasi besar: harmoni antara manusia dan semesta.

Sebagai bagian dari jejak peradaban Nusantara, Candi Ijo bukan sekadar tinggalan masa lalu, melainkan penanda arah untuk masa depan yang lebih menyatu dengan alam dan nilai-nilai kearifan lokal.
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar