Dari Puncak Kejayaan Stromaktstiden Hingga Kejatuhan Dalam Perang Utara Besar
0 menit baca
RagamJatim.id – Swedia, negara Skandinavia yang kini dikenal dengan netralitas dan kesejahteraan sosialnya, pernah berdiri sebagai kekuatan besar di Eropa selama abad ke-17 hingga awal abad ke-18. Masa kejayaan ini dikenal sebagai Stormaktstiden atau "Era Kekuatan Besar", di mana Swedia mengukir sejarah sebagai kekuatan militer dan politik yang dominan di kawasan Baltik dan Eropa Utara.
Latar Belakang dan Kebangkitan Swedia sebagai Negara Adidaya
Konteks Eropa Abad ke-17
Abad ke-17 merupakan periode penuh gejolak di Eropa, ditandai dengan konflik berkepanjangan seperti Perang Tiga Puluh Tahun (1618–1648). Dalam situasi ini, Swedia muncul sebagai kekuatan baru yang mampu memanfaatkan kekacauan politik dan militer untuk memperluas pengaruhnya.
Gustavus Adolphus: Sang Singa dari Utara
Raja Gustavus Adolphus (memerintah 1611–1632) dikenal sebagai bapak militer modern. Ia mereformasi militer Swedia menjadi pasukan profesional dan efisien, menggantikan sistem tentara bayaran yang umum saat itu. Kemenangan gemilang di Pertempuran Breitenfeld (1631) menegaskan posisi Swedia sebagai kekuatan militer yang disegani.
Ekspansi Wilayah dan Pengaruh
Swedia memperluas wilayahnya secara signifikan, mencakup:
- Finlandia
- Estonia
- Livonia (sebagian besar wilayah Latvia modern)
- Ingria (bagian dari Rusia barat laut)
- Pomerania, Bremen-Verden, dan Wismar (bagian dari Jerman utara)
Perang Utara Besar (1700–1721): Awal Kejatuhan Kekaisaran Swedia
Perang Utara Besar merupakan konflik besar yang melibatkan koalisi negara-negara Eropa yang berupaya mengakhiri dominasi Swedia di kawasan Baltik.
Penyebab dan Latar Belakang Perang
Setelah Perang Tiga Puluh Tahun dan Perang Utara Kedua, Swedia menjadi kekuatan dominan di Baltik. Namun, ambisi ekspansionis dan kebijakan sentralisasi kekuasaan menimbulkan ketegangan internal dan eksternal. Koalisi anti-Swedia terbentuk, terdiri dari:
- Rusia (Tsar Peter I)
- Denmark-Norwegia (Frederick IV)
- Saxony-Polandia-Lithuania (Augustus II)
Kronologi Perang dan Pertempuran Penting
Fase I: Kejayaan Awal Swedia (1700–1706)
- Swedia berhasil mengalahkan Denmark dan Rusia dalam pertempuran awal, termasuk kemenangan di Pertempuran Narva (1700).
- Charles XII memimpin kampanye militer ke Polandia dan Saxony, menggulingkan Augustus II dan menobatkan Stanisław Leszczyński sebagai raja boneka.
- Charles XII memimpin invasi ke Rusia, namun menghadapi perlawanan sengit dan taktik "bumi hangus" dari Rusia.
- Pertempuran Poltava (1709) menjadi titik balik, di mana pasukan Swedia mengalami kekalahan telak dan Charles XII melarikan diri ke Kesultanan Utsmaniyah.
- Rusia merebut wilayah-wilayah penting seperti Riga, Reval (Tallinn), dan Finlandia.
- Prusia dan Hannover bergabung dengan koalisi, merebut wilayah Swedia di Jerman Utara.
- Kematian Charles XII pada 1718 menandai akhir dari perlawanan Swedia yang efektif.
- Perjanjian Stockholm (1719–1720): Swedia menyerahkan Bremen-Verden kepada Hannover dan Stettin kepada Prusia.
- Perjanjian Frederiksborg (1720): Swedia mengakui kedaulatan Denmark atas Schleswig.
- Perjanjian Nystad (1721): Swedia menyerahkan Ingria, Estonia, Livonia, dan Karelia Selatan kepada Rusia, serta menerima kompensasi finansial.
- Dampak dan Warisan Historis
- Kebangkitan Kekaisaran Rusia
Kemunduran Swedia
Kekalahan dalam perang ini memaksa Swedia untuk beralih ke kebijakan netralitas dan fokus pada reformasi internal, memasuki era yang dikenal sebagai "Era Kebebasan".
Perubahan Geopolitik Eropa Utara
Kekalahan Swedia dan kebangkitan Rusia mengubah lanskap politik Eropa Utara. Prusia memperluas wilayahnya, sementara Polandia-Lithuania mengalami pelemahan yang memicu intervensi asing di masa depan.
Legenda Charles XII
Charles XII dikenang sebagai pemimpin militer yang brilian namun gegabah. Invasi ke Rusia tanpa persiapan logistik yang memadai menjadi pelajaran klasik tentang bahaya perang di musim dingin.
Faktor Kunci Kekalahan Swedia
- Kepemimpinan Charles XII: Fokus pada ekspansi tanpa perhitungan logistik yang matang.
- Sumber Daya Terbatas: Populasi Swedia yang kecil dibandingkan dengan koalisi lawan.
- Modernisasi Militer Rusia: Reformasi Peter I menciptakan angkatan bersenjata yang lebih profesional.
- Aliansi yang Rapuh: Koalisi Swedia tidak memberikan dukungan berkelanjutan.