Update

Jatuhnya Konstantinopel: Senjakala Romawi Timur dan Lahirnya Dunia Baru

Dalam catatan sejarah dunia, jatuhnya Konstantinopel pada 29 Mei 1453 bukan sekadar runtuhnya tembok kota. Ia adalah gugurnya peradaban kuno, simbol kejatuhan Romawi Timur, dan sekaligus kelahiran babak baru dalam sejarah global: dimulainya era modern.

RagamJatim.id
- Dalam catatan sejarah dunia, jatuhnya Konstantinopel pada 29 Mei 1453 bukan sekadar runtuhnya tembok kota. Ia adalah gugurnya peradaban kuno, simbol kejatuhan Romawi Timur, dan sekaligus kelahiran babak baru dalam sejarah global: dimulainya era modern.

Namun sebelum senja menelan ibu kota Bizantium ini, Konstantinopel telah menorehkan ribuan tahun sejarah agung. Ia pernah jadi pusat spiritual Kristen Timur, mercusuar ilmu pengetahuan, dan jantung kekuasaan Kekaisaran Bizantium. Lantas, bagaimana kota yang dijuluki Nova Roma ini runtuh di bawah dentuman meriam Utsmaniyah?

Konstantinopel: Dari Byzantion ke Ibukota Dunia Kristen Timur

Konstantinopel bermula dari koloni Yunani kuno bernama Byzantion, didirikan sekitar abad ke-7 SM oleh bangsa Megara di tepian Selat Bosphorus. Letaknya yang strategis menghubungkan Asia dan Eropa, Laut Hitam dan Laut Tengah menjadikannya titik kunci dalam jalur perdagangan dunia.

Namun namanya benar-benar menggelegar saat Kaisar Romawi Konstantinus Agung membangun kembali kota ini pada tahun 330 M dan menamainya Konstantinopel yang berarti “Kota Konstantinus.” Ia menjadikan kota ini sebagai ibukota baru Kekaisaran Romawi, menggantikan Roma yang sudah mulai kehilangan taringnya.

Konstantinopel menjadi pusat administrasi, militer, dan agama Kekaisaran Romawi Timur yang kelak dikenal sebagai Bizantium. Kota ini dikenal dengan arsitektur megahnya, terutama Hagia Sophia gereja megah yang dibangun oleh Kaisar Yustinianus I dan menjadi simbol kejayaan Kristen Ortodoks selama berabad-abad.

Masa Keemasan: Kaisar, Gereja, dan Keajaiban Tembok Theodosius

Masa keemasan Konstantinopel terentang dari abad ke-5 hingga ke-11. Kaisar Yustinianus I (527–565 M) adalah tokoh kunci masa itu. Ia menaklukkan sebagian besar wilayah bekas Romawi Barat, mereformasi hukum (melalui Corpus Juris Civilis), dan mempercantik ibukota dengan bangunan-bangunan agung.

Tembok Theodosius struktur pertahanan bertingkat tiga yang dibangun pada abad ke-5 oleh Kaisar Theodosius II menjadikan kota ini nyaris mustahil ditembus. Bahkan serbuan bangsa Hun, Persia Sasanid, dan bangsa Arab gagal menundukkan kota ini.

Di saat Eropa Barat tenggelam dalam “Zaman Kegelapan”, Konstantinopel justru menjadi pelita. Ilmu pengetahuan Yunani, hukum Romawi, filsafat, dan seni berkembang pesat di sini, menjadikannya sebagai “kota terpelajar” dalam catatan Ibn Khaldun dan Michael Psellos.

Luka Perang Salib dan Awal Kemunduran

Namun kejayaan itu mulai meredup ketika kota ini dijarah oleh pasukan Perang Salib Keempat tahun 1204. Ironisnya, mereka bukan Muslim, melainkan Kristen Latin dari Barat. Kota ini diduduki dan dijarah selama 57 tahun, menyebabkan Bizantium kehilangan otoritas dan harta bendanya.

Meski berhasil direbut kembali oleh Kaisar Michael VIII Palaiologos pada 1261, Konstantinopel tak pernah benar-benar pulih. Dinasti Palaiologos berkuasa hingga akhir, namun kekuatan politik dan militer Bizantium sudah sangat melemah. Wilayah kekaisaran menyusut drastis, hanya tersisa Konstantinopel dan sekitarnya.

Utsmaniyah Datang: Fatih Memanggil

Di seberang selat, kekuatan baru bangkit: Kesultanan Utsmaniyah. Di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II, yang kelak dikenal sebagai Mehmed Sang Penakluk, ambisi untuk menaklukkan Konstantinopel menjadi nyata. Mehmed muda, dididik oleh ulama dan teknokrat, sangat memahami makna strategis kota ini baik secara militer maupun simbolis.

Pada April 1453, pasukan Utsmaniyah yang berjumlah lebih dari 80.000 orang mengepung kota. Mereka membawa artileri besar yang belum pernah dilihat dunia kala itu termasuk meriam raksasa Basilica buatan insinyur Hungaria, Orban.

Di sisi lain, Kaisar terakhir Bizantium, Konstantinus XI Palaiologos, hanya memiliki sekitar 7.000 prajurit, termasuk tentara bayaran Genoa di bawah Giovanni Giustiniani.

29 Mei 1453: Hari Ketika Peradaban Kuno Runtuh

Setelah pengepungan selama 53 hari, pada subuh 29 Mei 1453, pasukan Utsmaniyah melancarkan serangan terakhir. Tembok-tembok Theodosius akhirnya roboh, dan pasukan Mehmed membanjiri kota.

Konstantinus XI gugur di medan tempur. Hingga kini, jasadnya tak pernah ditemukan, membuatnya dikelilingi mitos sebagai "kaisar abadi yang akan kembali."

Mehmed II memasuki Hagia Sophia yang saat itu merupakan gereja agung dan mengubahnya menjadi masjid. Namun ia juga melarang penghancuran kota lebih lanjut dan menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota baru Utsmaniyah, yang kelak dikenal sebagai Istanbul.

Warisan Konstantinopel: Barat Mewarisi Timur

Jatuhnya Konstantinopel tidak hanya menandai berakhirnya Kekaisaran Bizantium, tetapi juga memantik perubahan besar dalam sejarah dunia:

Ilmuwan Bizantium melarikan diri ke Italia membawa naskah-naskah Yunani kuno, yang menjadi fondasi Renaissance.

Jalur perdagangan rempah dari Asia terganggu, mendorong bangsa-bangsa Eropa mencari jalur laut baru melahirkan era penjelajahan global.

Dunia Islam kini memiliki ibu kota spiritual baru yang megah, yang berkembang hingga menjadi pusat kekhalifahan Islam terbesar pasca-Abbasiyah.

Penutup: Konstantinopel dan Simbol Peradaban yang Abadi

Dalam sejarah panjang umat manusia, sedikit kota yang punya takdir seagung dan setragis Konstantinopel. Ia lahir dari ambisi seorang kaisar, tumbuh sebagai mercusuar dunia, dan gugur di tangan peradaban baru. Namun di balik keruntuhannya, Konstantinopel telah mewariskan semangat peradaban yang tak pernah padam baik bagi Timur maupun Barat.

Dalam gema azan yang menggantikan lonceng gereja, dunia menyaksikan satu babak sejarah ditutup dan yang lain dibuka. Konstantinopel telah jatuh, tapi sejarahnya tak pernah tenggelam.

Referensi Kuno & Primer:
The History of the Decline and Fall of the Roman Empire – Edward Gibbon
Chronographia – Michael Psellos
The Alexiad – Anna Komnene
De Administrando Imperio – Konstantinus VII
Tarikh al-Rusul wa al-Muluk – Al-Tabari
Catatan Marco Polo dan Giovanni Giustiniani (arsip Genoa)

Jika Anda ingin menjelajahi lebih banyak kisah sejarah dunia dan Nusantara dari sudut pandang yang berani, dalam, dan tak biasa, terus ikuti kanal budaya dan sejarah kami hanya di RagamJatim.id.
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar