Kopi Lereng Kawi: Potensi Emas Hijau dari Timur Jawa yang Mulai Dilirik Dunia
RagamJatim.id – Di balik kabut tipis yang menyelimuti lereng-lereng Gunung Kawi, tersembunyi kekayaan aromatik yang mulai menggoda lidah-lidah global: kopi. Tak sekadar biji hitam penawar kantuk, kopi dari wilayah ini telah menjelma menjadi komoditas strategis disebut-sebut sebagai “emas hijau” dari Timur Jawa. Kini, aroma kopi Lereng Kawi tak hanya memikat pasar lokal, tapi mulai dilirik para cupping master internasional.
Aroma Alam, Cita Rasa Warisan
Gunung Kawi, yang membentang antara Kabupaten Malang dan Blitar, dikenal dengan kondisi mikroklimat yang khas: sejuk, lembap, dan tanah vulkanik yang subur. Tanaman kopi, khususnya varietas Arabika dan Robusta, tumbuh dengan keanggunan alami di ketinggian 800–1.200 mdpl. Suhu yang stabil serta sinar matahari yang konsisten menjadi faktor pembentuk rasa dan aroma yang kompleks.
Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), kopi dari kawasan ini mengandung profil flavor note yang unik: kombinasi earthy, floral, sedikit chocolatey, dengan tingkat keasaman rendah dan body sedang. Keunikan ini menjadi pembeda utama dengan kopi dari wilayah lain di Nusantara, seperti Gayo atau Toraja.
Dari Pekebun Lokal ke Meja Rapat Profesional
Di era digital, kopi tak lagi sekadar gaya hidup, tapi identitas. Profesional muda, terutama urban thinker dan creative worker, mulai menjadikan kopi spesialti sebagai bagian dari narasi personal. Bagi mereka, memilih kopi bukan cuma soal rasa, tapi juga soal keberlanjutan, cerita, dan nilai.
“Kopi Lereng Kawi itu bukan cuma enak. Tapi ada semangat petani, aroma perjuangan, dan identitas lokal yang kuat di setiap cangkirnya,” ujar Arga Yudhistira, barista sekaligus founder dari “NgopiNgalam”, sebuah gerakan kopi lokal di Malang, kepada tim RagamJatim.id.
Menggeliatnya Ekosistem Kopi Lereng Kawi
Selama lima tahun terakhir, geliat kopi dari Lereng Kawi mulai menarik perhatian eksportir. Sejumlah koperasi tani seperti Koperasi Kopi Kawi Sejahtera dan KUB Tani Lestari kini aktif melakukan proses post-harvest dengan standar specialty grade. Mulai dari pemilahan biji merah sempurna, full washed process, hingga natural fermentation dijalankan dengan presisi.
Program pembinaan dari Kementerian Pertanian dan Lembaga Sertifikasi Organik turut mendorong petani untuk menerapkan prinsip pertanian ramah lingkungan. Hasilnya? Pada tahun 2024 lalu, 2,3 ton green bean kopi dari kawasan ini berhasil diekspor ke Jepang dan Belanda—dua pasar yang dikenal ketat dalam urusan kualitas.
Potensi Wisata Kopi: Agro-Eksotika Lereng Kawi
Kopi Lereng Kawi tidak berdiri sendiri. Ia hidup dalam lanskap budaya yang sarat nilai spiritual dan sejarah. Tak sedikit pelaku usaha kini merancang coffee trail atau wisata edukasi kopi, memadukan pengalaman memetik, menyeduh, hingga menyimak narasi mistis Gunung Kawi yang melegenda.
Beberapa kedai kopi lokal seperti "Kawi Kopi Heritage", "Warung Seduh Lawas", dan "Teras Gunung" bahkan mengintegrasikan storytelling dengan sajian single origin Lereng Kawi. Wisatawan diajak menikmati kopi sambil menyimak kisah-kisah sejarah, dari petilasan spiritual hingga jejak kolonialisme Belanda yang dahulu turut mengenalkan budaya minum kopi.
Tantangan dan Peluang: Menuju Branding Global
Meski aromanya mulai merambah pasar dunia, Kopi Lereng Kawi masih menghadapi tantangan klasik: infrastruktur distribusi, branding yang belum konsisten, serta minimnya literasi pasar ekspor di kalangan petani muda.
Namun, langkah-langkah strategis mulai ditempuh. Pemerintah Daerah Jawa Timur bersama pelaku UMKM kopi menggandeng kurator dan roaster internasional untuk memperluas pangsa pasar. Sertifikasi geografis, legalitas ekspor, hingga promosi melalui event seperti Java Coffee Festival menjadi kunci untuk membawa kopi ini menuju panggung dunia.
Penutup: Wangi yang Tak Sekadar Nikmat
Di era saat secangkir kopi bisa merekatkan jejaring bisnis dan membangun reputasi, Kopi Lereng Kawi hadir bukan hanya sebagai minuman, tapi sebagai simbol sinergi antara alam, tradisi, dan inovasi. Ia bukan sekadar aroma yang menguar dari gelas
ia adalah pesan bahwa dari lereng sepi pun, dunia bisa mendengar jika cita rasanya kuat.