Ragamjatim.id

Ragamjatim.id

  • Home
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Kode Etik
  • RJ Radio
  • Indeks
  • e-Magazine
  • Pemerintahan
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Seni Budaya
  • Sejarah
  • Kosakata
  • Puisi
  • Music
  • Film
  • Kultur
  • Wisata
  • Tips
  • Opini
  • Coretan
  • Rilis
  • Beranda
  • Nusantara
  • Sejarah

Kaliklatak: Jejak Sunyi Kolonial di Lereng Banyuwangi yang Belum Lekang Waktu

Oleh Redaksi
Rabu, Juli 09, 2025
Di balik rimbun pepohonan dan jalur terjal Gunung Merapi-Meranu, berdiri satu kawasan yang nyaris tak bergeming oleh zaman. Ia bukan kota, bukan pula sekadar dusun.

Banyuwangi, RagamJatim.id
– Di balik rimbun pepohonan dan jalur terjal Gunung Merapi-Meranu, berdiri satu kawasan yang nyaris tak bergeming oleh zaman. Ia bukan kota, bukan pula sekadar dusun. Namanya Kaliklatak sebuah desa tua yang menyimpan jejak kolonialisme Belanda secara utuh, bukan hanya dalam bangunan, tetapi juga dalam lanskap budaya, kerja, dan cerita rakyat.

Kaliklatak bukan sekadar titik di peta Banyuwangi. Ia adalah kanvas sejarah hidup, tempat di mana pertemuan antara tanah lokal dan ambisi kolonial menghasilkan lanskap perkebunan raksasa yang bertahan lebih dari satu abad.

Sejarah Kaliklatak: Dari Lahan Liar Menjadi Perkebunan Kolonial

Kaliklatak mulai ditata sebagai kawasan perkebunan pada awal abad ke-20, tepatnya sekitar tahun 1911, saat perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda mulai ekspansi ke wilayah timur Pulau Jawa. Kawasan yang dulunya hanya berupa hutan dan ladang berpindah milik masyarakat Osing ini kemudian disulap menjadi kawasan produksi rempah, kopi, dan kakao oleh tangan-tangan kolonial.

Pada masa itu, tanah-tanah produktif diambil alih melalui skema sewa panjang (erfpacht) oleh pengusaha Belanda, dan warga lokal dijadikan buruh tetap atau harian. Kaliklatak pun berkembang menjadi perkebunan berarsitektur kolonial lengkap dengan rumah dinas administratur, gudang kopi, hingga rel pengangkut hasil bumi.

Kaliklatak Hari Ini: Hidup Sebagai Situs Kolonial Terbuka

Kini, Kaliklatak menjadi kawasan yang dikenal sebagai Perkebunan Kaliklatak, dikelola oleh entitas swasta nasional. Meski berganti tangan, bentuk fisik dan arsitektur kolonialnya tetap terjaga: rumah bergaya Indische, gudang rempah berpintu kayu tebal, hingga jalur inspeksi yang masih dilalui pejalan kaki maupun kendaraan hasil modifikasi dari zaman Belanda.

Perkebunan ini membentang seluas lebih dari 1.000 hektare, ditanami berbagai komoditas ekspor unggulan seperti:
  • Kopi Robusta & Arabika
  • Kakao dan Lada
  • Kelapa dan Cengkeh
  • Tanaman penghasil bioenergi seperti Kaliandra
Yang menarik, meskipun dikelola modern, pengunjung masih bisa menyaksikan proses produksi tradisional seperti fermentasi kopi, pengeringan biji kakao, dan pembuatan gula kelapa secara manual oleh warga sekitar.

Wisata Edukasi: Jejak Kolonial yang Jadi Tempat Belajar

Sejak 2010, Kaliklatak membuka diri sebagai lokasi wisata edukasi sejarah dan agroforestry. Turis dan pelajar bisa menjelajahi rute “Heritage Plantation Tour”, mengikuti jejak perkebunan ala kolonial dari hulu ke hilir.

Selain itu, kawasan ini kerap dijadikan lokasi:
  • Camping edukatif dan outbond pelajar
  • Pelatihan pertanian organik
  • Studi konservasi tanah dan air
  • Wisata sejarah dan fotografi arsitektur kolonial
Bahkan tak sedikit peneliti dari dalam dan luar negeri yang menjadikan Kaliklatak sebagai studi kasus keberlangsungan ekosistem perkebunan warisan kolonial.

Letak dan Lanskap: Strategis namun Tersembunyi

Kaliklatak berada di wilayah Desa Kalipuro, sekitar 15 km dari pusat kota Banyuwangi, di ketinggian antara 450–850 mdpl. Udara di kawasan ini sejuk dengan suhu berkisar 18–25°C, menjadikannya ideal untuk tanaman tropis dan sub-tropis.

Jalur menuju Kaliklatak menanjak tajam, melewati hutan jati dan pinus, sebelum tiba di area kebun yang terbuka. Dari ketinggian, pengunjung bisa menyaksikan panorama Teluk Banyuwangi hingga Selat Bali.

Warisan Sosial: Antara Rasa Bangga dan Luka yang Mengendap

Meski Kaliklatak hari ini menjadi contoh sukses pertanian berkelanjutan, masyarakat Osing masih menyimpan cerita kelam masa silam tentang kerja paksa, penggusuran tanah adat, hingga stratifikasi sosial yang menempatkan warga lokal sebagai “jongos” di tanah kelahiran mereka sendiri.

Namun kini, narasi itu mulai diubah. Generasi muda Osing yang bekerja di perkebunan atau di sektor wisata Kaliklatak justru mengambil kembali peran sebagai penjaga warisan, bukan sekadar pekerja.

“Kami jaga bukan karena ini peninggalan Belanda, tapi karena ini bagian dari identitas Banyuwangi yang panjang,” ungkap Sulastri (34), pemandu lokal yang juga keturunan buruh perkebunan generasi ketiga.

Kesimpulan: Kaliklatak, Warisan yang Tak Lekang Zaman

Kaliklatak bukan sekadar sisa masa lalu, melainkan sumbu sejarah yang terus menyala di antara kerindangan dan sunyi. Ia menyimpan cerita tentang kolonialisme, tentang tanah yang dibajak dan keringat yang tertumpah tetapi juga tentang adaptasi, pemulihan, dan kebanggaan baru dari generasi muda.

Jika dirawat dengan bijak, Kaliklatak bisa menjadi pusat edukasi kolonialisme yang autentik, tanpa glorifikasi, namun juga tanpa trauma yang terus membekas. Banyuwangi tak hanya menyimpan pantai dan festival. Di Kaliklatak, ia menyimpan luka yang diawetkan menjadi pelajaran berharga.
Tags:
  • Nusantara
  • Sejarah
Bagikan:
Baca juga
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terkait
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Tampilkan Semua
Posting Komentar
Batal
Most popular
  • 15 Motif Batik Jawa Timur, Kenali ciri dan Filosofinya

    Rabu, Mei 15, 2024
    15 Motif Batik Jawa Timur, Kenali ciri dan Filosofinya
  • Jumbara PMR X PMI Jatim 2025 Sukses Digelar, Perkuat Semangat Kemanusiaan dan Persaudaraan

    Senin, September 22, 2025
    Jumbara PMR X PMI Jatim 2025 Sukses Digelar, Perkuat Semangat Kemanusiaan dan Persaudaraan
  • 10 Senjata Tradisional Jawa Timur, Kenali Filosofinya

    Selasa, Mei 07, 2024
    10 Senjata Tradisional Jawa Timur, Kenali Filosofinya
  • Jenis Kelabang di Indonesia yang Berbahaya

    Kamis, Mei 01, 2025
    Jenis Kelabang di Indonesia yang Berbahaya
  • Budidaya Keong Mas, Hama Tapi Peluang Bisnis yang Menjanjikan

    Kamis, September 19, 2024
    Budidaya Keong Mas, Hama Tapi Peluang Bisnis yang Menjanjikan
  • Peluang bisnis yang cukup besar, Budidaya Kecoak Batu

    Sabtu, Oktober 05, 2024
    Peluang bisnis yang cukup besar, Budidaya Kecoak Batu
Ragamjatim.id
Copyright © 2025 Ragamjatim.id All rights reserved.
Live