Reformasi Protestan: Pergolakan Iman yang Mengubah Wajah Dunia Kristen Eropa
0 menit baca
RagamJatim.id – Di abad ke-16, Eropa diguncang oleh sebuah gelombang perubahan besar dalam tubuh Kekristenan Barat. Peristiwa ini tak hanya mengoyak dominasi Gereja Katolik Roma, tetapi juga membentuk fondasi bagi dunia modern dalam aspek teologi, politik, hingga sosial. Peristiwa besar ini dikenal dengan nama Reformasi Protestan sebuah reformasi agama yang tak hanya digerakkan oleh para tokohnya, tetapi juga dibakar oleh keresahan umat yang muak atas penyimpangan Gereja di masa itu.
Latar Belakang: Ketika Gereja Menjual Surga
Reformasi Protestan bukanlah ledakan yang tiba-tiba muncul tanpa bara. Sejak abad ke-14, benih-benih reformasi telah ditanam oleh figur seperti John Wycliffe di Inggris dan Jan Hus di Bohemia. Mereka mengkritik keras institusi Gereja yang kala itu tidak hanya memegang otoritas spiritual, tetapi juga politik dan ekonomi.
Salah satu isu paling kontroversial kala itu adalah penjualan indulgensi sebuah surat pengampunan dosa yang bisa dibeli untuk mempersingkat waktu di api penyucian (purgatorium). Paus Leo X bahkan menjadikan praktik ini sebagai sumber dana untuk pembangunan Basilika Santo Petrus di Vatikan. Di mata banyak umat, surga seperti diperdagangkan oleh para imam yang seharusnya suci.
Keresahan ini diperparah oleh korupsi rohani dalam tubuh Gereja: imam-imam yang hidup dalam kemewahan, moral yang merosot, hingga ketidakpedulian terhadap penderitaan jemaat. Dalam suasana seperti inilah, seorang biarawan Augustinian dari Jerman bernama Martin Luther berdiri dan mengguncang dunia Kristen.
Martin Luther dan 95 Dalil yang Menggetarkan Gereja
Pada 31 Oktober 1517, Martin Luther menempelkan 95 dalil (theses) di pintu Gereja Kastil Wittenberg, Jerman. Naskah ini ditulis dalam bahasa Latin dan ditujukan sebagai bahan diskusi akademis. Namun, isinya mengkritik keras penjualan indulgensi dan otoritas Gereja dalam hal pengampunan dosa.
Apa yang terjadi kemudian melampaui yang dibayangkan Luther. Dalam waktu singkat, dalil-dalil tersebut disalin, diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, dan disebarluaskan berkat mesin cetak ciptaan Johannes Gutenberg. Gereja yang tadinya tidak tergoyahkan selama berabad-abad kini menghadapi badai protes yang tak bisa dibendung.
Martin Luther mengajarkan bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh melalui iman (sola fide), bukan melalui amal atau pembelian indulgensi. Ia juga menekankan bahwa otoritas tertinggi dalam agama adalah Kitab Suci (sola scriptura), bukan Paus atau Konsili Gereja.
Tokoh-Tokoh Penting Lain dalam Reformasi Protestan
Reformasi tak berhenti di Jerman. Gerakan ini menyebar ke seluruh Eropa, melahirkan para reformator besar lainnya dengan pengaruh yang tak kalah kuat:
1. John Calvin (1509–1564) – Prancis-Swiss
Seorang teolog ulung yang menyusun sistem teologi Reformasi dalam karya monumentalnya Institutes of the Christian Religion. Calvin menekankan predestinasi, yakni bahwa Allah telah menentukan siapa yang akan diselamatkan jauh sebelum manusia dilahirkan. Ia juga menjadi arsitek masyarakat Kristen ideal di Jenewa, yang kemudian menjadi model bagi komunitas Protestan lainnya.
2. Ulrich Zwingli (1484–1531) – Swiss
Zwingli memimpin Reformasi di Zürich dan menolak praktik misa Katolik. Ia menekankan kembalinya ajaran pada Alkitab dan menyuarakan perlunya pemisahan antara Gereja dan negara. Zwingli berbeda pandangan dengan Luther dalam hal Ekaristi, yang membuat keduanya gagal bersatu.
3. Thomas Müntzer (c. 1489–1525) – Jerman
Berbeda dengan Luther yang lebih moderat, Müntzer adalah tokoh radikal. Ia memimpin kaum tani dalam Pemberontakan Petani Jerman, menuntut keadilan sosial berdasarkan prinsip-prinsip Injil. Ia akhirnya ditangkap dan dieksekusi, namun namanya tetap tercatat sebagai pionir dalam Reformasi rakyat.
4. Jan Hus (1369–1415) – Bohemia (Pra-Reformasi)
Meski hidup seabad sebelum Luther, ajaran Hus tentang pentingnya Alkitab dan kritik terhadap korupsi Gereja menginspirasi para reformator kemudian. Ia dieksekusi oleh Gereja Katolik sebagai heretik, namun dipandang sebagai martir oleh kalangan Protestan.
Dampak Besar Reformasi: Dari Skisma hingga Negara Modern
Reformasi Protestan membawa dampak multidimensional:
Skisma Agama: Gereja Kristen terpecah menjadi dua kubu besar: Katolik Roma dan berbagai denominasi Protestan (Lutheran, Calvinis, Anabaptis, dll).
Perang dan Konflik: Eropa mengalami rangkaian perang agama seperti Perang Tiga Puluh Tahun (1618–1648), yang menewaskan jutaan jiwa dan menghancurkan wilayah luas.
Lahirnya Kebebasan Beragama: Konsep toleransi dan hak memilih keyakinan perlahan muncul, meski melalui jalan panjang dan berdarah.
Modernisasi dan Demokrasi: Pemikiran-pemikiran Reformasi ikut menginspirasi pencerahan Eropa, demokrasi modern, dan kritik terhadap absolutisme gerejawi.
Jejak Reformasi dalam Sejarah Dunia
Reformasi Protestan bukan hanya soal teologi. Ia adalah titik balik dalam sejarah umat manusia, di mana otoritas spiritual dipertanyakan, kebenaran Kitab Suci direbut kembali oleh umat, dan hak berpikir bebas mulai tumbuh. Gerakan ini, dengan segala dinamika dan kontradiksinya, telah membuka jalan bagi era modern.
Bagi bangsa Indonesia, kisah Reformasi Protestan menjadi refleksi penting bahwa agama bukanlah dogma mati, melainkan ruang yang hidup dan terus tumbuh bersama zaman. Di tengah arus konservatisme dan dogmatisme yang kerap membelenggu nalar, semangat para reformator tetap relevan: iman yang hidup harus berpijak pada kebenaran, bukan kekuasaan.
RagamJatim.id
Menggali warisan dunia, menyuarakan kebijaksanaan masa lalu.