Candi Singosari: Warisan Megah untuk Raja Terakhir Kerajaan Singhasari
0 menit baca
Malang, RagamJatim.id – Jawa Timur tak hanya dikenal dengan kekayaan alamnya, tetapi juga dengan warisan budaya dan sejarah yang mendalam. Salah satu situs bersejarah yang menyimpan kisah penuh makna adalah Candi Singosari, yang terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Candi ini dipercaya dibangun sebagai penghormatan terakhir bagi Raja Kertanegara, raja terakhir dari Kerajaan Singhasari.
Jejak Sejarah Raja Kertanegara dan Singhasari
Candi Singosari berdiri pada akhir abad ke-13 M, tepat setelah kematian Raja Kertanegara pada tahun 1292 M akibat pemberontakan Jayakatwang. Raja Kertanegara dikenal sebagai pemimpin progresif yang berani menolak utusan Kekaisaran Mongol dan memulai ekspedisi militer ke luar Jawa.
"Candi Singosari merupakan bentuk penghormatan spiritual sekaligus politis terhadap sosok Kertanegara. Ia diposisikan sebagai dewa utama dalam ajaran Siwa-Buddha sebagai bentuk pengkultusan raja yang telah mangkat." Dr. Agus Aris Munandar, Sejarawan Universitas Indonesia
Menurut Kitab Negarakertagama, Kertanegara dipuja sebagai dewa Siwa dan Buddha. Ini mencerminkan filosofi sinkretisme pada masa Kerajaan Singhasari - gabungan ajaran Hindu dan Buddha yang harmonis dalam spiritualitas Jawa klasik.
Arsitektur dan Simbolisme Candi Singosari
Candi Singosari memiliki bentuk vertikal menjulang, khas gaya Jawa Timur kuno. Namun, bagian kaki candi tampak belum selesai dibangun, memberi isyarat adanya penghentian mendadak - kemungkinan besar karena krisis politik setelah kematian sang raja.
"Ketidakselesaian struktur candi justru menguatkan narasi bahwa pembangunan ini terganggu oleh gejolak politik pasca wafatnya Kertanegara." Dr. Dwi Cahyono, Arkeolog dan Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang
Berbagai relief dan arca yang ditemukan di sekitar candi, termasuk Agastya, Ganesha, dan Durga, menjadi bukti bahwa candi ini berfungsi sebagai tempat pemujaan arwah. Sementara itu, dua patung penjaga Dwarapala yang menjulang tinggi di pintu gerbang menegaskan kesan megah dan sakral kawasan ini.
Candi Singosari sebagai Pusat Edukasi Sejarah dan Budaya
Tak hanya sebagai destinasi wisata, Candi Singosari kini juga menjadi situs edukatif dan riset sejarah. Banyak mahasiswa, peneliti, hingga wisatawan mancanegara datang untuk mempelajari sejarah Jawa Timur dari era Singhasari ke Majapahit.
"Candi ini adalah sumber belajar yang luar biasa untuk generasi muda. Ia merekam transisi sejarah dan spiritualitas Jawa dengan sangat halus dan mendalam." Dr. Retno Purwanti, Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta
Pemerintah daerah dan berbagai komunitas sejarah pun kian aktif mempromosikan situs ini sebagai bagian dari identitas budaya Jawa Timur.
Kesimpulan
Candi Singosari bukan sekadar bangunan kuno, tapi simbol kehormatan, kekuasaan, dan spiritualitas Nusantara. Ia menjadi saksi atas berakhirnya sebuah dinasti besar, sekaligus menjadi awal dari kebangkitan Majapahit - kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Asia Tenggara.
Sebagai masyarakat Jawa Timur, mengenal dan merawat situs seperti Candi Singosari adalah bagian dari melestarikan warisan luhur dan memperkenalkannya pada dunia.
Jejak Sejarah Raja Kertanegara dan Singhasari
Candi Singosari berdiri pada akhir abad ke-13 M, tepat setelah kematian Raja Kertanegara pada tahun 1292 M akibat pemberontakan Jayakatwang. Raja Kertanegara dikenal sebagai pemimpin progresif yang berani menolak utusan Kekaisaran Mongol dan memulai ekspedisi militer ke luar Jawa.
"Candi Singosari merupakan bentuk penghormatan spiritual sekaligus politis terhadap sosok Kertanegara. Ia diposisikan sebagai dewa utama dalam ajaran Siwa-Buddha sebagai bentuk pengkultusan raja yang telah mangkat." Dr. Agus Aris Munandar, Sejarawan Universitas Indonesia
Menurut Kitab Negarakertagama, Kertanegara dipuja sebagai dewa Siwa dan Buddha. Ini mencerminkan filosofi sinkretisme pada masa Kerajaan Singhasari - gabungan ajaran Hindu dan Buddha yang harmonis dalam spiritualitas Jawa klasik.
Arsitektur dan Simbolisme Candi Singosari
Candi Singosari memiliki bentuk vertikal menjulang, khas gaya Jawa Timur kuno. Namun, bagian kaki candi tampak belum selesai dibangun, memberi isyarat adanya penghentian mendadak - kemungkinan besar karena krisis politik setelah kematian sang raja.
"Ketidakselesaian struktur candi justru menguatkan narasi bahwa pembangunan ini terganggu oleh gejolak politik pasca wafatnya Kertanegara." Dr. Dwi Cahyono, Arkeolog dan Dosen Sejarah Universitas Negeri Malang
Berbagai relief dan arca yang ditemukan di sekitar candi, termasuk Agastya, Ganesha, dan Durga, menjadi bukti bahwa candi ini berfungsi sebagai tempat pemujaan arwah. Sementara itu, dua patung penjaga Dwarapala yang menjulang tinggi di pintu gerbang menegaskan kesan megah dan sakral kawasan ini.
Candi Singosari sebagai Pusat Edukasi Sejarah dan Budaya
Tak hanya sebagai destinasi wisata, Candi Singosari kini juga menjadi situs edukatif dan riset sejarah. Banyak mahasiswa, peneliti, hingga wisatawan mancanegara datang untuk mempelajari sejarah Jawa Timur dari era Singhasari ke Majapahit.
"Candi ini adalah sumber belajar yang luar biasa untuk generasi muda. Ia merekam transisi sejarah dan spiritualitas Jawa dengan sangat halus dan mendalam." Dr. Retno Purwanti, Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta
Pemerintah daerah dan berbagai komunitas sejarah pun kian aktif mempromosikan situs ini sebagai bagian dari identitas budaya Jawa Timur.
Kesimpulan
Candi Singosari bukan sekadar bangunan kuno, tapi simbol kehormatan, kekuasaan, dan spiritualitas Nusantara. Ia menjadi saksi atas berakhirnya sebuah dinasti besar, sekaligus menjadi awal dari kebangkitan Majapahit - kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Asia Tenggara.
Sebagai masyarakat Jawa Timur, mengenal dan merawat situs seperti Candi Singosari adalah bagian dari melestarikan warisan luhur dan memperkenalkannya pada dunia.