Situs Biting Lumajang: Jejak Megah Kerajaan Lamajang Tigang Juru yang Terlupakan
0 menit baca
Ragamjatim.id - Terletak di Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Situs Biting merupakan salah satu peninggalan arkeologis penting yang mencerminkan kejayaan masa lalu. Situs ini dipercaya sebagai bekas ibu kota Kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin oleh Prabu Arya Wiraraja pada abad ke-13 Masehi. Dengan luas sekitar 135 hektare, kawasan ini menyimpan berbagai struktur dan artefak bersejarah yang menunjukkan peradaban maju pada masanya.
Sejarah dan Asal Usul
Nama "Biting" berasal dari bahasa Madura yang berarti "benteng", sesuai dengan ciri khas kawasan ini yang dikelilingi oleh benteng kokoh. Dalam kitab Negarakertagama, kawasan ini disebut sebagai Arnon, yang pada abad ke-17 dikenal sebagai Renong. Saat ini, area tersebut berada di Desa Kutorenon, yang menurut cerita rakyat identik dengan istilah "Ketonon" atau "terbakar" .
Kerajaan Lamajang Tigang Juru sendiri merupakan bagian dari sejarah panjang Nusantara. Prabu Arya Wiraraja, sebagai pendiri kerajaan ini, memiliki peran penting dalam mendukung Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit setelah runtuhnya Singhasari. Perjanjian antara Raden Wijaya dan Arya Wiraraja yang dikenal sebagai "Perjanjian Sumenep" menjadi tonggak penting dalam sejarah tersebut .
Struktur dan Temuan Arkeologis
Penelitian intensif terhadap Situs Biting dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta antara tahun 1982 hingga 1991. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kawasan ini memiliki benteng dengan panjang 10 kilometer, lebar 6 meter, dan tinggi 10 meter. Benteng ini mengelilingi enam blok utama, yaitu:
- Blok Keraton: 76,5 hektare
- Blok Jeding: 5 hektare
- Blok Biting: 10,5 hektare
- Blok Randu: 14,2 hektare
- Blok Salak: 16 hektare
- Blok Duren: 12,8 hektare
Peran dalam Sejarah Nusantara
Situs Biting tidak hanya mencerminkan kejayaan Kerajaan Lamajang Tigang Juru, tetapi juga memiliki kaitan erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit. Setelah membantu Raden Wijaya mendirikan Majapahit, Arya Wiraraja diberikan wilayah Lamajang sebagai bentuk penghargaan. Namun, hubungan antara Lamajang dan Majapahit mengalami pasang surut, terutama setelah kematian Ronggolawe, yang memicu ketegangan politik antara kedua kerajaan .
Upaya Pelestarian dan Tantangan
Meskipun memiliki nilai sejarah yang tinggi, Situs Biting menghadapi berbagai tantangan dalam pelestariannya. Pada tahun 1995, pembangunan perumahan di kawasan ini menyebabkan kerusakan sekitar 15 hektare area situs. Kurangnya respons dari pihak terkait terhadap perusakan ini menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat dan pemerhati sejarah .
Sebagai respons, berbagai elemen masyarakat, termasuk LSM Masyarakat Peduli Peninggalan Majapahit Timur (MPPMT) dan Komunitas Mahasiswa Peduli Lumajang (KMPL), melakukan upaya pelestarian melalui kegiatan kerja bakti, seminar, dan napak tilas. Pemerintah Kabupaten Lumajang juga menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya untuk mengembangkan dan melestarikan situs ini .
Kesimpulan
Situs Biting merupakan warisan budaya yang penting dalam sejarah Nusantara. Sebagai bekas ibu kota Kerajaan Lamajang Tigang Juru, situs ini menyimpan berbagai bukti kejayaan peradaban masa lalu. Upaya pelestarian dan pengembangan situs ini memerlukan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.(Ws)